Rabu, September 07, 2011

My mom knows that I’m sick

Naluri seorang ibu telah lama kurasakan dalam setiap denyutan nadiku, dalam seluruh nafasku saat aku bersama ibuku. Ikatan batin antara seorang anak dan ibu tak pernah bisa terpisahkan. Darah yang sama telah mengalir dalam raga yang berbeda namun rasanya masih tetap sama. Inilah salah satu keajaiban Tuhan bagiku. Sang pencipta telah membuat hubungan batin yang sulit digambarkan dengan kata-kata. Aku telah membuktikannya berkali-kali.

Suatu hari aku dan ibuku berada dalam jarak yang sangat jauh. Ibuku pulang ke kampung halamannya sedangkan aku sedang mengawali massa perkuliahanku di tempat yang cukup jauh dari rumahku. Di awal kegiatanku sebagai mahasiswa baru aku mengalami banyak kesibukkan hingga membuatku sering berpergian. Hari itu bersama Agus temanku, kami pergi mengendarai sepeda motor untuk mencari perlengkapan ospek. Namun, kecelakaan menimpa kami, motor dari arah yang berlawanan menabrak kami saat menikung ke kanan. Kecelakaan itu membuatku tak sadarkan diri sampai-sampai aku tak ingat apa yang terjadi padaku saat aku siuman. Agus panik sekali. Aku tahu ia orang yang bertanggung jawab, ia kemudian mengantarkanku ke rumah sakit dengan menahan mobil yang sedang melaju di jalan itu. Ia kebingungan harus bagaimana menghubungi keluargaku karena cuman ayahku yang masih ada dirumahku. Ia pun meminta nomor ayahku, dengan setengah sadar kuberitahu ia nama ayahku yang ada di ponselku. Satu hari kemudian ayah ku datang dan ia memarahi agus habis-habisan., meskipun dengan suara yang samar dan kondisi penglihatan yang belum baik, aku merasakan saat-saat itu. Aku kesal kepada ayahku yang memarahi seseorang yang telah berusaha bertanggung jawab atas kesalahannya walaupun itu hanyalah sebuah kecelakaan. Ayahku kemudian menelpon wartel yang ada di kampung ibuku karena dikampung ibuku saat itu belum mempunyai signal telepon seluler. Penjaga wartel tersebut pun memberitahukan kepada keluargaku disana untuk menerima telepon dari ayahku. Ternyata yang menerima telpon, bukan ibuku tapi adiknya. Karena takut ibuku syok, maka Fadli *adik ibu* tidak segera memberitahu ibu tentang kondisiku. Namun dengan kepekaan ibu, ia menangkap tanda-tanda yang aneh dari saudara-saudara ibu sejak ia tahu ada yang menelpon dari kota. Hatinyapun galau, ibu telah merasakan sesuatu yang tidak beres. Ia merasa ada sesuatu hal yang menimpaku. Tahu kondisiku, ibu segera berangkat mencari kapal untuk segera ke kota. Hatinya benar-benar gelisah, aku juga merasakan itu. Setiba dirumah sakit, aku berusaha melihat wajah ibuku yang samar-samar karena penglihatanku masih sangat tergganggu akibat kecelakaan itu. Ibuku menangis, ia menangisiku, aku sungguh sedih, aku terharu betapa kasih dan sayangnya yang luar biasa. Aku merasakan belaiannya yang penuh cinta. Mom.., I LUV U!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar